duniaunggas.com – Puyuh bencong, serta bagaimana ciri cirinya dan cara mengatasinya. Dalam beternak puyuh memang sangat menguntungkan, dimana banyak masyarakat menjadikannya sebagai pendapatan tambahan. Bahkan tidak sedikit yang membuat menjadi penghasilan utama. Pada saat ini dari tahun ke tahun peternak puyuh selalu tumbuh atau bertambatah. Melihat perkembangan ini, menjadikan beternak puyuh menjadi sebuah peluang usaha yang sangat prospek kedepannya.

Dalam beternak untuk mendapatkan penghasilan yang kita inginkan, tentunya kita pasti akan menambah bibit atau populasi. Namun dalam setiap jumlah yang kita beli atau bibit yang kita tambahkan adakalanya beberapa ekor dalam jumlah banyak yang sering kita sebut PUYUH BENCONG. Nah, tentunya hal ini sangat merugikan kita sebagai peternak. Dimana telah kita pelihara puyuh tersebut kurang lebih selama 5 minggu, namun pada akhirnya puyuh tersebut bukannya betelur.

Beberapa Ciri Ciri Puyuh Bencong

Beberapa peternak senior tentunya memiliki pengalaman cara melihat puyuh bencong. Diantaranya bentuk tekstur tubuh dan warna bulu jika dibandingkan dengan puyuh layer yang normal. Berikut beberapa ciri ciri puyuh bencong :

  • Warna bulu dada. Warna totol bulu dada nampak lebih cerak bila dibandingkan dengan puyuh yang sudah layer ( sudah bertelur )
  • Postur ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan puyuh yang sudah bertelur
  • Bulu puyuh lebih lengkap dibandingkan dengan puyuh yang sudah bertelur ( tidak ada rontok pada bagian punggung )
  • Kloaka tampak masih perawan atau masih sempit, pertanda belum pernah mengeluarkan telur.

Catatan : Cara terjitu untuk mengetahui puyuh bencong adalah dengan melakukan sortir dengan memperhatikan kloaka puyuh tersebut. Dimana jika masih ditemukan kloaka yang masih sempit dan di barengi dengan dengan warna bulu diatas, maka dapat dipastikan puyuh tersebut adalah bencong.

Penyebab Puyuh Bencong

Sesuai dengan pengalaman saya di kandang dan beberapa peternak kemitraan kami, ada beberapa aspek yang menyebabkan puyuh yang kita pelihara menjadi bencong pada akhirnya. Aspek tersebut adalah sebagai berikut :

  1. EXTERNAL
  2. INTERNAL
  • EKTERNAL Faktor ekternal atau faktor diluar kendali kita. Dimana biasanya penyebab ini adalah indukan yang digunakan sudah memakai pakan puyuh petelur padahal calon indukan belum memasuki usia produksi. Sehingga matang kelamin indukan terlambat. Dan biasanya anakan yang dihasilkan akan bencong pada akhirnya. Yang walaupun kita sudah memelihara anakan puyuh tersebur mulai dari hari pertama hingga umur 40 hari sesuai dengan standar.
  • INTERNAL, Faktor internal atau faktor yang disebabkan oleh kesalahan kita. Dimana puyuh yang kita pelihara masih tahap GROWER tapi sudah diberikan pakan petelur. Sehingga menyebabkan puyuh terlambat matang kelamin. Dan resiko tertingginya adalah menjadikan puyuh tersebut menjadi bencong. Namun biasanya kejadian ini hnaya maksimal 10 sampai dengan 20% dari total populasi yang kita pelihara.

Baca juga https://www.duniaunggas.com/2018/05/07/buah-mengkudu-untuk-puyuh-dan-ayam/

Artikel terkait https://www.duniaunggas.com/2019/10/27/jenis-pakan-puyuh-sesuai-dengan-umur-dan-fungsinya/

Catatan : Saran saya untuk mengurangi kerugian, segera afkir dini puyuh yang bencong tersebut. Karena puyuh tersebut tidak akan bertelur dan hanya menambah biaya pakan saja.

Atau anda dapat mengakalinya dengan memisahkan dpuyuh bencong tersebut dan berikan minuman air rebusan buah mengkudu selama kurang lebih 12 hari berturut turut. Dan jika memang tidak ada perubahan kelamin, maka tindakan yang tepat adalah AFKIR DINI puyuh yang bencong.

Berikanlah pakan puyuh sesuai dengan umur puyuh tersebut ( sesuai dengan fase )

About the author

admin

Leave a Comment